Blitar, KORANMEMO. CO – Pasangan suami istri asal Desa Joho, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri tak hanya kompak di ranjang tetapi juga kompak bisnis esek-esek.
Keduanya menjalankan bisnis lendir di Ramadan.
Pasangan suami istri itu adalah AL (30) dan SAD (25) alias Kanaya.
Keduanya berurusan dengan polisi lantaran menjadi muncikari alias bisnis esek-esek dengan aplikasi “ijo” alias Michat.
Nah yang menarik, Kanaya sendiri selama ini dikenal sebagai artis dangdut.
Bahkan suaranya kerap menghiasi tayangan di YouTube nama keren AS.
“Pasutri ini berkomplot dengan operator aplikasi di ponsel atau kencan online,” kata Wakapolres Blitar Kota Kompol I Gede Suartika, Rabu (27/3).
Dia mengatakan AL dan SAD ditangkap bersama tiga pelaku lain yang juga masuk dalam jaringan.
Ketiga operator yang juga tersangka yakni DH (23) warga Kecamatan Pasir, provinsi Lampung ada pula GH (21) warga Kecamatan Tenjo, Bogor dan terakhir GA (23) warga Kecamatan Pasir, Lampung.
Sementara korbannya atau perempuan yang dibisniskan melayani hidung belang adalah AEP, warga Kabupaten Jember.
“Kami menyita sejumlah barang bukti. Mulai ponsel, uang tunai, kondom bekas dan daster,” katanya.
Terungkapnya kasus berawal ketika polisi mendapat laporan dari masyarakat.
Bahwasanya ada bisnis esek-esek dengan lokasi “eksekusi” di Kota Blitar.
Akhirnya polisi menelusuri. Para pelaku ditangkap di salah satu hotel mini di Jalan Bali Kota Blitar.
“Penggerebekan pada Kamis (21/3) dan dari situlah dikembangkan,” katanya.
Polisi menggerebek perempuan yang dijual ketika sedang melayani pria hidung belang.
Hasil pengembangan, ditangkaplah muncikari dan operator atau jokinya di Kediri.
Nah dalam menjalankan bisnisnya ini para tersangka sàngat rapi.
Sebelumnya para pelaku membuka lowongan pekerjaan di media sosial dengan display atau flyer “spa hotel grade B”.
Gaji yang ditawarkan Rp 8 juta per bulan. Nah usai mendapat korban, segera menjelaskan tugasnya melalui video call.
Usai deal, akhirnya para komplotan menjalankan tugasnya.
Tiga operator menjalankan aplikasi di Kediri. Guna mengelabuhi, menggunakan GPS samaran.
Padahal lokasi sebenarnya di Kota Blitar. Para pelaku memiliki anak buah dari berbagai daerah, mulai Kediri hingga Jombang dan Blitar.
“Pengakuannya sudah lama menjalankan bisnis. Belum setahun,” jelasnya.
Nah, soal tarif juga murah. Untuk sekali esek-esek hanya dipatok Rp 300 ribu tanpa harus memikirkan hotel .
Sementara dalam sehari perempuan seks komersial itu bisa melayani sampai 5 pria hidung belang.
Nah, dari hasil itu muncikari dan operator bisa mengeruk keuntungan.
PSK yang juga korban mendapatkan gaji sesuai perjanjian Rp 8 juta sementara operator mendapat Rp 60 ribu untuk satu transaksi.
Nah, muncikari mendapatkan sisanya.
“Baru beberapa bulan. Saya juga diajak suami,” kata SAD, yang juga penyanyi ini.
Selain lima tersangka yang salah satunya pasutri, polisi juga mengungkap kasus serupa.
Penggerebekan dilakukan di salah satu hotel di Jalan M. Hatta, Kelurahan Kepanjenlor, Kecamatan Kepanjenkidul pada 20 Maret lalu.
Dua tersangka itu adalah AD perempuan (24) warga Lebak, Provinsi Banten dan TW pria (20) warga Desa Semen, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri.
Sementara perempuan yang dijajakan adalah SA (15),warga Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
Dalam menjalankan bisnisnya AD dan TW menawarkan SA melalui aplikasi kencan.
Sepakat korban pun ke Blitar dengan biaya transportasi ditanggung AD.
Untuk satu kali kencan rata-rata Rp 300 ribu. Dari hasil itu mendapatkan uang Rp 2,3 juta dan dibagi muncikari, PSK dan operator.
“Ditangkap di hotel ketika melayani pelanggan,” kata wakapolres.
AD dan TW sendiri sebelumnya sudah malang melintang di dunia esek-esek.
Wilayah utamanya di Kediri. Tetapi karena saat itu sepi, akhirnya geser ke Kota Blitar. Polisi menyita uang, Iphone dan lain sebagainya.
Reporter Abdul Aziz
Editor Achmad Saichu