Kediri, KORANMEMO.CO – Berbicara Bromo, tidak terlepas dari wisata gunung yang saat ini masih tergolong gunung aktif.
Selain terkenal legenda cerita, kawah gunung bromo juga terkenal dengan pasir berisik dan padang safana.
Gunung Bromo menjadi banyak pilihan untuk wisata baik turis asing dan lokal.
Para turis berburu di Gunung Bromo selain melihat keindahan alamnya juga fenomena alam yakni melihat matahari terbit, yang tidak banyak diketahui para wisata.
Ternyata Gunung Bromo juga punya alternatif wisata yang tidak kalah menarik yang perlu untuk dikunjungi.
Yakni desa wisata Edelweiss di desa Wonokitri kecamatan Tosari Pasuruan.
Di desa wisata Edelweiss
ada budidaya dan ekowisata edelweiss yang dikelola kelompok tani Hulun Hyang.
Desa wisata edelweiss ,dimana areanya masih di taman nasional Gunung Bromo Tengger dengan ketinggian diatas 1.800 meter dan sangat cocok untuk budidaya edelweiss.
Untuk mengenal akan potensi tersebut BI perwakilan Kediri mengajak puluhan wartawan untuk berkunjung ke desa wisata edelweiss wonokitri.
Budidaya dan ekowisata edelweiss yang berada di Desa Wonokitri Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan
Dikembangkan oleh kelompok tani Hulu Hyang.
M. Choirur Rofiq Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kediri menuturkan,
Kunjungan tersebut program BI yakni media gathering.
Dimana dalam kegiatan ini wartawan diajak berperan aktif kampanye guna untuk mendukung pertumbuhan ekonomi melalui kunjungan wisata.
” Wartawan hadir, tidak hanya wisata menikmati indahnya Gunung Bromo untuk melihat sunrise, namun ada kegiatan edukasi ekowisata dan ekonomi dengan melihat langsung budidaya bunga Edelweis,” tutur Rofiq di hadapan wartawan, Kamis (7/9/2023).
Taman Edelweiss Wonokitri dikenal sebagai Desa Wisata budidaya dan ekowisata edelweiss, selain tempat jual beli bunga edelweiss.
Desa yang masih di kawasan penyangga Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), juga ada edukasi tentang bunga edelweiss serta cafe.
Di tempat taman edelweiss wonokitri,para wartawan dari wilayah kerja Bank Indonesia Kediri yang meliputi Karesidenan Kediri dan Madiun, melihat bagaimana proses budidaya bunga abadi ini dari bibit hingga penanaman bunga edelweiss.
Ketua Kelompok Tani Hulun Hyang Teguh Wibowo menegaskan, Taman Edelweiss didirikan selain melestarikan budaya masyarakat Desa Tengger, dimana bunga edelweiss selain dianggap sakral, juga dalam kegiatan keagamaan dan adat masyarakat tengger bunga edelweiss selalu digunakan.
” karena begitu pentingnya itu edelweiss, masyarakat, kalau
mengambil ya dari mana saja termasuk ditempat konservasi. Padahal itu dilindungi secara hukum , untuk mencari jalan agar tidak timbul masalah lagi kami beranikan diri utk budidaya bunga edelweiss” tutur Teguh.
Pada tahun 2016 beberapa orang kelompok petani Desa Wonokitri berkolaborasi dengan pemangku Kawasan Taman Nasional Tengger Semeru mulai belajar budidaya bunga Edelweis.
‘Baru pada tahun 2017 , kami bisa membentuk Kelompok Tani Hulun Hyang,” lanjutnya.
Diceritakan Teguh, bagaimana perjalanan mereka awal dulu untuk membudidayakan bunga Edelweis penuh dengan kerja keras dan iklas.
Baru di tahun 2019 taman Edelweiss Wonokitri mulai dilirik wisatawan.
Jumlah kunjungan ke tempat ini dari puluhan meningkat tajam. Dalam setahun bisa lebih 500 wisatawan yang berkunjung.
“ Dari situlah baru Bank Indonesia Malang melihat prospek kami, dengan program PSBI. Kami diberi bantuan hingga Rp 900 juta lebih. Bantuan tersebut Tidak hanya berupa uang dan bangunan, namun Bank Indonesia juga membangun SDM kami, yang tidak punya latar belakang dunia pariwisata,” kata Teguh.
“Kami selalu menganggap dewa bila pihak Bank Indonesia berkunjung ke Taman Edelweiss Wonokitri, kami Kelompok Tani Hulun Hyang sangat berterima kasih atas bantuan dalam program BI dan peran media dalam membantu mempromosikan taman wisata edelweiss wonokitri, ” tambahnya.
‘ masa pandemi tahun 2019 saja,.jumlah pengunjung sudah mencapai kurang lebih rata rata 19.000 orang, di tahun 2022 sudah menembus angka 38 Ribu lebih kunjungan wisatawan bisa tembus 38.328 orang. Kami bersyukur ,” ungkap Teguh.
Tahun 2023, Kelompok Tani Hulun Hyang menargetkan pengunjung meningkat mencapai 50.000 orang dengan pemasukan sekitar Rp 1 miliar per tahun. HarapanTeguh, peningkatan ini bisa bermanfaat bagi masyarakat Desa Wonokitri.
Karena, sejak 2022 kelompok tani Hulun Hyah sudah memberikan kontribusi prosentase hasil kepada Desa Wonokitri Nilainya sekitar 10 persen dari voucher masuk sebesar Rp10.000 per orang.
” Dulu kami hanya 7 orang pengurus, tapi sekarang sudah mencapai 50 orang. Kami juga memberikan prosentase keuntungan kepada Desa. Kita tahu diri tanah yang kita gunakan adalah tanah kas desa. Karena kita sudah berpenghasilan, untuk itu kami bisa memberi sebagian prosentase pemasukan ke desa,” kata teguh dg senyum.
Hasil selama ini budidaya dan ekowisata edelweiss yang berdampak peningkatan ekonomi , kelompok tani Hulun Hyan memperoleh penghargaan dari berbagai pihak, yang terakhir dari Kementerian Pariwisata di tahun 2022.
Penghargaan sebagai Desa Wisata terbaik katagori desa konservasi, Desa Wonokitri juga masuk sebagai satu dari 75 desa wisata terbaik di Indonesia. ***
Editor Achmad Saichu