KORANMEMO.CO – Kehadiran sosial media telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat modern.
Platform sosial media seperti Facebook, Instagram, dan Twitter memungkinkan pengguna terhubung, berbagi, dan berinteraksi dengan orang lain di seluruh dunia.
Namun, bersama dengan manfaatnya, penggunaan sosial media juga dapat memiliki dampak negatif, terutama bagi individu yang menderita obesitas.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi beberapa dampak sosial media pada kehidupan sosial penderita obesitas.
1. Stigma dan Bullying
Media sosial sering menjadi platform di mana stigma terhadap orang yang mengalami kelebihan berat badan diperkuat.
Penderita sering menjadi sasaran pelecehan verbal dan bahkan intimidasi secara online.
Komentar negatif, lelucon merendahkan, dan gambar yang menghina dapat membuat penderita merasa terisolasi dan rendah diri.
Ini dapat memperburuk masalah kesehatan mental yang sering terkait dengan kelebihan berat badan, seperti depresi dan kecemasan.
2. Perbandingan Sosial dan Body Image
Media sosial seringkali memperkuat perasaan tidak puas terhadap penampilan fisik, terutama bagi mereka yang menderita kelebihan berat badan.
Melalui paparan terhadap gambar tubuh “ideal” yang disajikan dalam sosial media, individu cenderung membandingkan diri mereka dengan standar yang tidak realistis.
Hal ini dapat mengarah pada peningkatan ketidakpuasan terhadap tubuh dan gangguan citra tubuh, yang pada gilirannya dapat memperburuk masalah makan berlebihan dan obesitas.
3. Isolasi Sosial
Meskipun media sosial dapat menjadi alat untuk berhubungan dengan orang lain, bagi penderita, penggunaan yang berlebihan dapat mengarah pada isolasi sosial.
Mereka mungkin merasa tidak nyaman atau malu untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosial di dunia nyata karena kekhawatiran tentang penilaian orang lain terhadap penampilan mereka.
Sebagai gantinya, mereka mungkin lebih suka menghabiskan waktu di dunia maya, yang pada akhirnya memperkuat isolasi dan mengurangi dukungan sosial yang penting untuk kesejahteraan mental dan emosional.
4. Paparan Terhadap Pola Makan yang Tidak Sehat
Media sosial juga dapat berkontribusi pada perilaku makan yang tidak sehat bagi penderita.
Paparan terus-menerus terhadap iklan makanan cepat saji dan makanan yang tinggi kalori dapat memperkuat keinginan untuk mengkonsumsi makanan tidak sehat.
Selain itu, tren seperti “food challenges” atau “mukbang” yang sering dipromosikan di platform sosial media dapat mempengaruhi pola makan yang berlebihan dan konsumsi makanan yang tidak sehat.
5. Kurangnya Dukungan dan Edukasi
Meskipun ada banyak komunitas online yang menyediakan dukungan bagi individu yang menderita kondisi ini, tidak semua informasi yang tersedia dapat dianggap akurat atau bermanfaat.
Banyaknya informasi yang tidak terverifikasi atau tidak ilmiah tentang penurunan berat badan dan pola makan yang sehat dapat membingungkan individu dan membuat mereka lebih rentan terhadap jebakan diet yang berbahaya atau tidak efektif.
Keberadaan sosial media memiliki potensi untuk mempengaruhi kehidupan sosial individu yang menderita obesitas dengan berbagai cara, mulai dari meningkatnya stigma dan bullying hingga memperkuat pola makan yang tidak sehat.
Penting bagi individu dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan dampak sosial media pada kesehatan mental dan fisik, serta menyediakan dukungan yang lebih besar bagi mereka yang memerlukannya.
Selain itu, diperlukan upaya untuk mempromosikan konten yang positif dan mendukung di platform sosial media, serta meningkatkan pemahaman tentang gaya hidup sehat dan penerimaan tubuh yang positif.